Apakah anda menyadari makin buruk selera arsitektur anda makin bagus untuk bisnis?. Saat ini makin menjamur tempat-tempat wisata instan yang menawarkan spot spot berfoto yang menawarkan arsitektur yang hanya bisa dilihat oleh layar Instagram saja. Mungkin apabila anda datang langsung ke tempat tersebut akan telihat konyol seperti gambar dibawah.
Dengan total pengguna aktif hampir 800 juta orang dan 95 juta upload foto tiap harinya menjadikan Instagram salah satu media sosial yang digemari masyarakat karena kesederhanaan dan kemudahaanya. Selain itu pengguna bisa mengakses, follow pengguna lain yang dianggap menarik postingannya. postingannya dimulai dari keseharian, makanan, pekerjaan dan lain lain, apabila orang lain menyukai akan semakin banyak follower dan like pada postingan tersebut.
Ada pergeseran kepuasan dari masyarakat dari masa ke masa, pada mulanya kepuasan untuk mendapatkan barang, uang sekarang bergeser menjadi like dan follow. semakin banyak like dan followernya semakin puas; semakin banyak like dan followernya semakin diakui di sejawatnya.
Beberapa tahun lalu di kota Bandung kepuasan sifat keingin puasan di salurkan dengan berbelanja, sehingga menjamurkan FO (Factory Outlet) di sepanjang jalan Riau dan Dago. Saat ini tren tersebut mulai berkurang, menurut pengusaha FO sekarang penghasilannya sekitar hanya 30% saja. Turunnya penghasilan FO ternyata tidak ada imbas dari turunnya turis ke Bandung tetapi mulai bergeser ke wisata-wisata instagramable. Saat ini di Bandung mulai menjamur tempat tempat wisata yang menawarkan wisata dengan Spot-Spot foto yang menarik bagi pengejar .
Dengan banyaknya pemburu wisata instagramble, para pengusaha mulai memutar otak untuk mendatang lebih banyak pengunjung. Dimulai dari dari merubah wisata alam menjadi wisata artifisial, seperti wisata gunung api puba di jogja menjadi taman dinosaurus.
bahkan saat ini yang sedang hangat adalah plagiasi yang dilakukan oleh tempat wista Rabbit Town di Bandung. untuk mendapatkan tempat yang menarik, tinggal copy-paste saja, toh masyarakat tidak akan perduli ini plagiasi atau bukan, mereka akan tetap datang dan membayar.
Sempat diskusi dengan calon klien yang cukup idealis bagaimana untuk mendesain tempat yang ideal untuk tinggal dan wisata alam. Tetapi hal tersebut katanya tidak berhasil, bahkan masyarakat sekarang ini datang kesuatu tempat tidak memerhatikan alam lagi, tetapi di pikirannya sudah membayangkan framing tempat untuk masuk ke Instagramnya. bisnis is bisnis, akhirnya karena idealis tidak berhasil, maka dibuatlah tempat yang populis, dan terkejutnya memang banyak yang berminat datang.
Pengalaman mengunjungi tempat-tempat populis tersebut dari sudut pandang saya cukup miris, karena tempat tempat tersebut sudah dikotak kotakan untuk tujuan foto instagram. saya menemukan tempat foto dengan burung, ternyata burungnya palsu, burungnya sudah diawetkan terlebih dahulu; saya menemukan foto di instagramnya menarik dan lucu, ternyata pas ditemui hanya sekotak kamar yang untuk berfoto disana harus bayar 15 rb dan lain lain.
Selalu ada kabar baik dan buruk dari pop culture arsitektur Instagram. kabar baiknya hal tersebut merupakan salah satu dari pekerjaan arsitek. dari keterpurukan dunia properti saat ini ini merupakan untuk pekerja bangunan dan perencana merupakan angin segar. kemudian tempat wisata tidak didominasi oleh pemain besar, tetapi masyarakat yang kreatif bisa muncul sebagai pemain baru. Kabar buruknya yang di perencana atau arsitek adalah sesuatu yang populer, meskipun hanya tempelan, palsu atau bahkan plagiat lah yang diharapkan oleh masyarakat.
tulisan ini hanya pemikiran sesaat, kalau ada saran dan tambahan silahkan tulis di kolom komentar
20180503