Sayembara menara ITB, antara idealism juri dan originalitas


Dalam sayembara Menara Alumni ITB ini saya berkolaborasi dengan dosen saya bapak Basauli Umar Lubis. sangat menarik sayembaranya karena merupakan satu bangunan yang akan memakai nama ITB yang secara konteks terpisah dengan kampusnya di Bandung. Selain itu, bangunan ini akan menjadi gabungan 2 fasilitas, yaitu untuk fasilitas alumni dan mungkin sebagian akan di komersialkan.

Di dalam tulisan ini saya tidak akan menjelaskan secara detail mengenai desain ini tetapi ada prespektif lain yang cukup menarik di dalam sayembara ini. Saya berkesempatan untuk datang ke acara pameran karyanya di Hotel Sahid Jakarta, dari seluruh entry mungkin ada 20 peserta sebagian besar mempunyai garis merah yang sama bagaimana melihat sayembara ini dan menuangkannya dalam desain. Ada kekhasan yang sama antar peserta dalam menerjemahkan “ITB” kedalam desainnya masing-masing, diantaranya dengan menerjemahkan prinsip-prinsip neo-klasik dengan kolom batu dan warna hitam putih, selasar, dan gerbang, tridarma dll.

Pada awalnya mungkin peserta mempunyai pemikiran yang sama mengenai apa yang akan di tampikan dalam desainnya mengingat ketua jurinya adalah Prof Slamet Wirasonjaya, dengan beberapa sayembara sebagai jurinya secara kasat mata mempunyai garis tegas mengenai pemikirannya dari karya-karya yang telah tebangun dari hasil sayembara sebelumnya.
Di luar perkiraan, juri memenangkan yang mungkin menurut saya agak jauh dari pendekatan-pendekatan yang di sebutkan di atas, tetapi secara pandangan saya desainnya lebih menitik beratkan terhadap sistim bangunan yang baik, benar, hemat energy dengan tampilan sederhana dengan sedikit respon terhadap lingkungan sekitarnya di lantai ground. Dan saya pikir ini sangat pantas untuk di menangkannya dimana peserta lain melupakan satu kata kunci penting yaitu “ORIGINALITAS”.

Beralih ke hal lain, dari perpektif lain saya melihat bahwa kebanyakan sayembara di Indonesia mempunyai dualisme yang sama tentang desainnya, yaitu pertama bagaimana menyelesaikan isunya dan yang kedua adalah bagaimana menyesuaikan dengan selera jurinya. Memang tidak ada salahnya dengan poin yang kedua, tetapi menurut pandangan saya hasil sayembaranya menjadi tidak objektif, dan sayembaranya menjadi kurang berwarna dengan desain-desain inovatif dan agresif.

Akan lebih bijak apabila sebuah sayembara energinya dialihkan untuk benar-benar memikirkan yang terbaik untuk menyelesaikan isu-isunya dan tidak melepaskan setengah tanggung jawab kepada selera juri. Dengan kata lain apabila tidak mengetahui siapa jurinya tidak ada yang mengetahui koridor mana yang harus dilalui, mungkin akan tersesat atau mungkin menemukan yang mengejutkan didalam perjalannanya. Saya pikir itu yang diperlukan, pemikiran-pemikiran yang lepas untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk semua hasil yang terbaik untuk saat ini dan masa depan.

Perpustakaan (temple) UI


Perpustakaan UI ini akan di di buka pada bulan maret ini, kehadirannya akan memberikan warna baru di dunia arsitektur indonesia.

Desainnya merupakan hasil sayembara terbuka yang dimenangkan oleh dari tim DCM, sangat patut diacungi jempol dengan dengan pendekatan yang agresif. Yang lebih berani lagi adalah UI itu sendiri, berani membangunnya karena diperkirakan biaya pembangunannya yang mahal belum lagi maintanancenya akan susah dan sangat mahat.

Powered by Telkomsel BlackBerry®