Ohh ternyata ini bangunan yang berharga 1,8 T itu.. mmmh, saya sedikit bingung dengan keadaan sekarang, katanya bangsa Indonesia ini Negara miskin tetapi punya sedikit uang dimanfaatkan untuk yang kurang bermanfaat. menurut para anggota DPR mungkin bermanfaat, KATANYA !! dan sangat penting untuk meningkatkan kinerjanya .., APA IYA??!!.
apa ini pantas di banggakan?, mungkin pepatah “biar miskin tapi gaya” ada benarnya hehe..,
Hot news nih dari milis ternyata perencananya adalah anggota IAI : Perancang Gedung DPR yang baru adalah PT Yodya Karya yang kalau tidak salah
dibantu oleh Budi Sukada dan Rizal Syarifuddin.
Ini dari milis loh, tapi pertanyaanya tetap saya harus bangga atau berkabung ya??
firman
Advertisements
nah ini dia tanggapan dari arsiteknya langsung, sumber milis IAI:
Rekan-rekan sejawat,
Saya rizal syarifuddin, arsitek gedung baru DPR RI.
Sehubungan dengan semaraknya diskusi rekan-rekan soal Gedung Baru DPR,
berikut klarifikasi dari saya untuk maillist ini;
1. Soal legalitas proyek tersebut sehubungan Kepres 80, informasi yang
saya ketahui adalah sbb; Pengumuman pihak Setjen DPR tentang rencana
adanya proyek dimaksud dimuat dalam Media Indonesia 26 Desember 2007,
dan diulangi lagi pada 4 Juli 2008. Konsultan pemenang lelang, PT Yodya
Karya, mendapat surat perjanjian kerja pada 18 September 2008. Saya
mendapat penugasaan dari konsultan tsb tanggal 19 September 2008.
2. Soal biaya pembangunan gedung 1,8 T, bukan hitungan konsultan.
Konsultan belum mengeluarkan RAB gedung tersebut.
3. Soal keterlibatan beberapa rekan arsitek senior kita pada proyek ini,
itu karena saya meresa butuh dinasehati, diarahkan, teman diskusi dan
semacamnya. Saya sudah berusaha menjajaki beberapa senior pada tahap
paling awal. Beberapa dari beliau ternyata juga sedang membuat proposal
yang sama atau sudah bekerja sama dengan pihak-pihak lain untuk membuat
proposal serupa.
Tetapi beberapa bersedia membantu saya. Apabila ada permasalahan pada
rancangan proyek ini, tanggung jawabnya pada saya, bukan pada beberapa
senior tersebut. [tentang adanya beberapa proposal yang masuk untuk
proyek ini, juga pernah dibahas dalam forum ini. Silahkan ditelusuri
posting di forum ini pada tanggal 17 September 2007, kita juga pernah
mendiskusikannya].
4. Tentang keterlibatan saya di proyek ini yang seolah saya sembunyikan
rasanya kurang tepat. (a) pada saat awal keterlibatan, saya melapor
kepada Ketua IAI, saya sampaikan, karena mungkin nantinya jadi proyek
yang sensitif, agar beliau tahu harus pada siapa bertanya tentang proyek
ini. (b) pada pertemuan awal pembentukan pengurus IAI, saya sampaikan
bahwa saya terlibat dalam proyek ini, dan agar dipertimbangkan karena
saya tidak ingin kedudukan saya di proyek mengganggu kepengurusaan IAI.
(c) pada beberapa rapat di IAI, beberapa kali saya menjelaskan posisi
saya ini.
Saya perlu tegaskan, bahwa IAI sama sekali tidak terlibat dalam proyek
ini. Dan saya terlibat dalam proyek ini bukan dalam kapasitas posisi
saya di IAI. Kalau di kemudian hari ternyata saya salah, maka itu
sepenuhnya tanggung jawab saya pribadi.
5. Soal komentar Mas Rizal Muslimin mengenai Grande Arche,; ya Mas,
sudah ada yang komentar seperti itu pada suatu paparan kami (shg bisa
jadi Anda benar). Tetapi terus terang saya baru kemudian googling utk
mencari tahu tentang Grande Arche. Jadi bentuk bingkai tersebut bukan
terinspirasi oleh Grande Arche. Pada paparan berikutnya pada mereka,
saya buat slide berjudul “Bangunan Berlubang” untuk menunjukkan bahwa
bentuk BINGKAI untuk gedung DPR tersebut memang bukan yang pertama dan
bukan satu-satunya; The Gate Building DIFC Dubai, Twin Tower Korea, Twin
Tower Office Osaka, Rufi Tower, Gate of The Orient Suzhou (mungkin
gedung dpr lebih mirip gedung ini daripada Grande Arche, menurut saya)
adalah diantaranya. Saya sampaikan pada mereka waktu itu bahwa bentuk
berlubang tidak unik, sama tidak uniknya dengan bentuk kubus sederhana
yang juga sudah banyak dipakai. Jadi saya tidak bisa mengklaim ide
bentuk itu orisinal dari saya.
Awalnya, bentuk bingkai yang kami tawarkan (sebagai manifestasi dari
bingkai keberagaman). Tetapi dalam proses rancangan gedung ini,
intervensi owner/user/pemberi tugas cukup intens [Bila ada pendapat
bahwa karya arsitektur sebenarnya karya bersama antara arsitek dan
kliennya, mungkin kasus ini bisa menjadi contohnya, bahkandengan
penekanan tertentu, dalam kasus ini kliennya terdiri dari banyak orang,
fraksi, partai, dsb yang seringkali memberi masukan dan keinginan
berbeda-beda. Hal ini pengalamanbaru bagi saya yang baru kali ini
melayani klien dengan ratusan keinginan][sehingga bentuk bangunan yang
pernah saya hasilkan juga beragam untuk mencoba menyatukan keinginan
mereka]. Salah satunya adalah keinginan sebagian mereka untuk membuat
bangunan semacam petronas. Artinya menara kembar yang dihubungkan dengan
jembatan.(silahkan googling dengan keyword “gedung dpr, petronas”.
Keinginan diantara mereka itu terekam dalam berita di beberapa media,
kemudian). Pada saatnya saya (bila dikehendaki) akan memaparkan proses
disain ini, bila itu berguna bagi kita semua. Saya sebut pada saatnya,
karena bentuk yang mungkin telah rekan-rekan lihat belum tentu yang akan
dibangun, karena proses ini belum selesai.
6. Image yang sekarang beredar di media sebenarnya bukan sesuatu yang
baru. Karena rancangan bentuk itu sudah pernah dimuat di harian Kompas
10 Februari 2009 halaman 4 dan secara karikatur di Kompas 11 Februari
2009 halaman 6, di Jawa Pos, dan di banyak media sekitar tanggal itu.
Image dan proses rancangannya juga sudah pernah dipaparkan pada Workshop
Nasional Komplek MPR/DPR/DPD pada bulan Juni 2009 di Jakarta yang
dihadiri ratusan rekan arsitek dari jakarta maupun luar jakarta.
Image-image rancangan terbaru tentu akan saya sampaikan nanti setelah
berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait.
Keterangan saya ini bukan keterangan resmi PT Yodya Karya, tapi murni
dari saya sebagai arsitek. Segala akibat dari tindakan saya ini,
sepenuhnya tanggung jawab saya. Saya posting pesan ini ke mailist ini,
dengan asumsi rekan-rekan adalah anggota IAI, mahasiswa arsitektur,
pecinta arsitektur, atau pemerhati arsitektur. Mungkin akan dipersepsi
berbeda apabila dibaca komunitas di luar itu.
Setulusnya, saya berterima kasih atas masukan, saran, kritik, kecaman,
masukan, dan pendapat dari rekan-rekan semua. Mohon tidak berputus-asa
membimbing dan menasehati saya, baik dari para senior maupun dari yang
lebih junior. Semoga semua itu bisa membuat saya melangkah lebih tepat,
membentu saya lebih baik dari hari ke hari.
Akhirnya, permohonan maaf saya bagi semua, apabila ada langkah,
pemikiran, tindakan, dan keputusaan saya yang salah, kurang berkenan,
atau berbeda pendapat dengan rekan-rekan.
salam kesejawatan,
/rizal syarifuddin